Terapi Skoliosis Ringan | Pengobatan Skoliosis Selain Operasi Dengan Metode Ini

Pazindonesia.com – Sebelum kita membicarakan terapi skoliosis ringan dan bagaimana sih proses pengobatan skoliosis selain operasi, kita tahu bahwa Penyakit Skoliosis telah menjadi masalah kesehatan yang semakin mengkhawatirkan di kalangan anak-anak dan remaja masa kini.

Kondisi tulang belakang yang bengkok seperti huruf “S” atau “C” ini tidak hanya mengganggu penampilan, tetapi juga dapat menyebabkan rasa nyeri, kesulitan bernapas, hingga gangguan fungsi organ vital jika dibiarkan tanpa penanganan yang tepat.

Di era digital ini, kebiasaan anak-anak yang sering membungkuk saat menggunakan gadget, posisi duduk yang salah saat belajar, dan kurangnya aktivitas fisik semakin meningkatkan risiko terjadinya skoliosis.

Sayangnya, banyak orang tua yang baru menyadari kondisi ini ketika kelainan tulang belakang sudah terlanjur parah.

Btw, Yang Mau Langsung Reservasi Terapi Skoliosis Ringan dengan Tim Ahli Kami, Silakan Chat Whatsapp Melalui Link Ini  atau telepon: 082136980137.

Oke Kita Lanjut..

Data Terkini Penderita Skoliosis

Berdasarkan data terkini, prevalensi skoliosis menunjukkan angka yang cukup mengkhawatirkan. Menurut World Health Organization (WHO), sekitar 2-3% populasi dunia berisiko mengalami skoliosis. Data dari The National Scoliosis Foundation USA mencatat bahwa kasus skoliosis mencapai 4,5% dari total populasi umum di dunia (Mudhari et al., 2024).

Di Indonesia sendiri, prevalensi skoliosis diperkirakan berkisar antara 3% hingga 5% dari total populasi (Mudhari et al., 2024). Angka ini perlu mendapat perhatian serius mengingat skoliosis paling banyak terjadi pada usia remaja, dengan persentase 2-4% dari total populasi remaja.

pengobatan skoliosis selain operasi terapi paz skoliosis

Studi terbaru menunjukkan bahwa progresivitas skoliosis dapat meningkat secara signifikan pada usia 10-12 tahun atau tahun terakhir sebelum menarche, dengan peningkatan mencapai 10-15° per tahun (Handayani et al., 2024). Hal yang lebih mengkhawatirkan adalah ditemukannya sebanyak 30,8% siswa yang membawa tas sekolah dengan beban lebih dari 10% dari berat badan mereka, dimana 88,2% dari mereka melaporkan mengalami gangguan muskuloskeletal terutama di bagian leher, bahu dan punggung atas (Handayani et al., 2024).

Dalam satu dekade terakhir, kecacatan akibat gangguan muskuloskeletal telah meningkat sebesar 45% (Handayani et al., 2024). Angka ini menunjukkan pentingnya deteksi dini dan penanganan yang tepat untuk mencegah progresivitas skoliosis yang dapat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya.

Definisi dan Karakteristik Skoliosis

Skoliosis merupakan kelainan pada tulang belakang yang ditandai dengan adanya lengkungan abnormal ke arah samping (lateral curvature). Kondisi ini menghasilkan bentuk tulang belakang menyerupai huruf “S” atau “C” yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada penderitanya (Handayani et al., 2024).

Dari sudut pandang medis, skoliosis didefinisikan sebagai kombinasi dari penyimpangan tulang belakang pada bidang sagital dan koronal yang disertai dengan rotasi vertebra. Diagnosis skoliosis ditegakkan ketika ditemukan kelengkungan ≥ 10° disertai rotasi tulang belakang (Handayani et al., 2024).

Tanda-tanda umum yang dapat diamati pada penderita skoliosis meliputi:

  • Ketidaksimetrisan bahu dan pinggul
  • Kurva tulang belakang yang melengkung atau bengkok ke satu sisi
  • Rasa tidak nyaman dan nyeri pada punggung bagian bawah
  • Kelelahan yang berlebihan saat duduk atau berdiri dalam waktu yang lama (Mudhari et al., 2024)

Skoliosis dapat berdampak serius pada kualitas hidup penderitanya, termasuk:

  • Penurunan kualitas hidup disertai disabilitas
  • Rasa tidak nyaman dan nyeri berkelanjutan
  • Deformitas yang dapat mempengaruhi penampilan
  • Gangguan fungsi sehari-hari
  • Masalah pada sistem pernapasan
  • Gangguan psikologis (Mudhari et al., 2024)

Pemeriksaan skoliosis dapat dilakukan menggunakan skoliometer untuk mengukur sudut cobb angle. Metode ini menunjukkan hasil korelasi yang baik dan menjadi alternatif yang lebih aman karena dapat mengurangi paparan sinar X-Ray pada pasien (Handayani et al., 2024).

Perbedaan Skoliosis, Lordosis, dan Kifosis

Kelainan pada tulang belakang dapat terjadi dalam beberapa bentuk yang berbeda. Tiga jenis kelainan yang paling umum adalah skoliosis, lordosis, dan kifosis.

Masing-masing memiliki karakteristik dan dampak yang berbeda pada postur tubuh:

1. Skoliosis

  • Merupakan kelengkungan abnormal tulang belakang ke arah samping (lateral)
  • Membentuk kurva menyerupai huruf “S” atau “C”
  • Dapat menyebabkan ketidaksimetrisan bahu dan pinggul
  • Diagnosis ditegakkan ketika kelengkungan mencapai ≥ 10° dengan rotasi tulang belakang (Handayani et al., 2024)

2. Lordosis

  • Kelengkungan tulang belakang yang berlebihan ke arah dalam pada bagian lumbal (pinggang)
  • Menyebabkan postur tubuh seperti “swayback” dengan perut dan bokong yang menonjol ke depan
  • Sering terjadi akibat postur yang buruk atau kelemahan otot perut (Susanta, 2023)

3. Kifosis

  • Kelengkungan tulang belakang yang berlebihan ke arah luar pada bagian thoraks (punggung atas)
  • Menghasilkan postur membungkuk atau bungkuk
  • Dapat disebabkan oleh kebiasaan postur yang buruk, osteoporosis, atau kondisi bawaan (Syabariyah et al., 2022)

Dampak pada Kesehatan

Ketiga kelainan ini dapat menyebabkan:

  • Nyeri punggung kronis
  • Gangguan pernapasan
  • Masalah keseimbangan
  • Penurunan kualitas hidup
  • Gangguan psikologis seperti rendahnya kepercayaan diri (Mudhari et al., 2024)

Deteksi dini dan penanganan yang tepat sangat penting untuk mencegah progresivitas kelainan tulang belakang ini. Pemeriksaan rutin terutama pada usia pertumbuhan dapat membantu mengidentifikasi masalah sejak awal dan memungkinkan intervensi yang lebih efektif (Syabariyah et al., 2022).

Penyebab dan Karakteristik Demografi Skoliosis

Penyebab Skoliosis

Skoliosis dapat terjadi karena beberapa faktor, antara lain:

  • Kebiasaan postur duduk yang tidak tepat dalam waktu lama
  • Beban ransel sekolah yang berlebihan (lebih dari 10% berat badan)
  • Kurangnya aktivitas fisik
  • Faktor genetik
  • Ketidakseimbangan otot paravertebral
  • Tekanan berulang pada tulang belakang (Mudhari et al., 2024)

Usia dan Jenis Kelamin

Skoliosis paling sering terjadi pada masa remaja, khususnya:

  • Usia awal 10-12 tahun atau tahun terakhir sebelum menarche, dengan peningkatan kurva mencapai 10-15° per tahun (Handayani et al., 2024)
  • Adolescent Idiopathic Scoliosis (AIS) dimulai pada usia lebih dari 10 tahun sebelum tercapainya skeletal maturity (Handayani et al., 2024)

Prevalensi Berdasarkan Jenis Kelamin

Skoliosis lebih sering terjadi pada anak perempuan dibandingkan laki-laki. Hal ini terutama terkait dengan:

  • Periode pertumbuhan yang lebih cepat pada anak perempuan
  • Faktor hormonal selama masa pubertas
  • Perbedaan struktur tulang dan otot antara perempuan dan laki-laki

Faktor Risiko Tambahan

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko progresivitas skoliosis:

  • Anak dengan Risser sign grade 0-1 memiliki risiko paling besar untuk terjadi progresivitas kurva tulang belakang (Handayani et al., 2024)
  • Kebiasaan membawa tas sekolah dengan beban lebih dari 10% berat badan, dimana 88,2% siswa melaporkan mengalami gangguan muskuloskeletal (Handayani et al., 2024)
  • Posisi duduk yang miring dalam waktu lama saat belajar
  • Kurangnya aktivitas fisik yang mendukung penguatan otot tulang belakang (Mudhari et al., 2024)

Pengukuran dan Pemeriksaan Derajat Skoliosis

Pengukuran derajat skoliosis dapat dilakukan dengan beberapa metode, dengan yang paling umum adalah:

1. Pengukuran dengan Skoliometer

  • Skoliometer adalah alat pengukur yang diletakkan di sepanjang tulang belakang untuk mendeteksi derajat rotasi batang tubuh
  • Pasien diminta membungkuk ke depan dengan lengan menggantung bebas (Adam’s Forward Bend Test)
  • Pembacaan skoliometer lebih dari 7° mengindikasikan perlunya pemeriksaan radiologi lebih lanjut
  • Metode ini menunjukkan korelasi yang baik dan dapat mengurangi paparan sinar X-Ray pada pasien (Handayani et al., 2024)

2. Pengukuran Sudut Cobb

  • Merupakan standar baku emas dalam pengukuran derajat skoliosis
  • Dilakukan melalui foto rontgen tulang belakang posisi berdiri
  • Cara pengukuran:
    1. Identifikasi vertebra paling miring di bagian atas kurva
    2. Identifikasi vertebra paling miring di bagian bawah kurva
    3. Tarik garis sejajar dengan permukaan atas vertebra bagian atas
    4. Tarik garis sejajar dengan permukaan bawah vertebra bagian bawah
    5. Ukur sudut yang terbentuk dari perpotongan kedua garis tersebut
  • Diagnosis skoliosis ditegakkan jika sudut Cobb ≥ 10° disertai rotasi tulang belakang (Handayani et al., 2024)

3. Pemeriksaan Fisik

  • Observasi postur dari depan, belakang, dan samping
  • Pemeriksaan keseimbangan bahu dan pinggul
  • Adam’s Forward Bend Test untuk melihat prominensi tulang rusuk
  • Pengukuran panjang tungkai untuk mendeteksi ketidakseimbangan pelvis

Klasifikasi Berdasarkan Derajat Kemiringan

terapi skoliosis pengobatan skoliosis ringan tanpa selain operasi
Kiri Postur Awal, Paling Kanan Setelah Rutin dilakukan Pengobatan Skoliosis Selain Operasi PAZ Al Kasaw

Berdasarkan sudut Cobb, skoliosis dapat diklasifikasikan menjadi:

  • Ringan: 10-24°
  • Sedang: 25-44°
  • Berat: ≥45°

Monitoring dan Evaluasi

  • Pemeriksaan berkala setiap 4-6 bulan untuk memantau progresivitas kurva
  • Peningkatan sudut 5° atau lebih dalam 4-6 bulan menunjukkan skoliosis progresif
  • Risiko progresivitas lebih tinggi pada anak dengan Risser sign grade 0-1 (Handayani et al., 2024)

Dokumentasi dan pencatatan hasil pengukuran secara teratur sangat penting untuk memantau perkembangan skoliosis dan menentukan strategi penanganan yang tepat.

Dampak Skoliosis pada Kesehatan Fisik dan Mental

Skoliosis tidak hanya berdampak pada penampilan fisik, tetapi juga dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan yang serius jika tidak ditangani dengan tepat.

Berikut adalah penjelasan mengenai dampak skoliosis terhadap kesehatan manusia:

Dampak Fisik dan Degeneratif

  • Gangguan Muskuloskeletal – Otot yang mengalami tekanan statis terus-menerus akan mengalami masalah pada otot, tendon, ligamen, dan persendian (Mudhari et al., 2024)
  • Masalah Pernapasan – Kelengkungan tulang belakang yang parah dapat menekan rongga dada dan paru-paru, menyebabkan kesulitan bernapas dan menurunnya kapasitas vital paru-paru (Mudhari et al., 2024)
  • Nyeri Kronis – Penderita skoliosis sering mengalami nyeri punggung kronis, terutama di area yang terkena kelengkungan. Rasa nyeri ini dapat bertambah parah seiring waktu dan mengganggu aktivitas sehari-hari (Handayani et al., 2024)
  • Kelelahan – Postur tubuh yang tidak seimbang menyebabkan otot bekerja lebih keras untuk mempertahankan posisi tubuh, mengakibatkan kelelahan yang berlebihan saat melakukan aktivitas normal (Mudhari et al., 2024)
  • Degenerasi Tulang – Jika tidak ditangani, skoliosis dapat menyebabkan perubahan degeneratif pada tulang belakang yang semakin memburuk seiring bertambahnya usia (Handayani et al., 2024)

Dampak Psikologis dan Sosial

  • Gangguan Citra Diri – Perubahan postur tubuh dapat mempengaruhi kepercayaan diri dan citra diri penderita, terutama pada usia remaja (Mudhari et al., 2024)
  • Depresi dan Kecemasan – Rasa nyeri kronis dan keterbatasan fisik dapat memicu munculnya gejala depresi dan kecemasan (Mudhari et al., 2024)
  • Isolasi Sosial – Ketidaknyamanan fisik dan masalah kepercayaan diri dapat membuat penderita menarik diri dari interaksi sosial (Mudhari et al., 2024)
  • Gangguan Aktivitas – Pembatasan aktivitas fisik dapat mempengaruhi partisipasi dalam kegiatan sosial dan olahraga, yang berdampak pada perkembangan psikososial (Handayani et al., 2024)

Dampak pada Kualitas Hidup

Kombinasi dari masalah fisik dan psikologis dapat menyebabkan:

  • Penurunan produktivitas dalam kegiatan sehari-hari
  • Kesulitan dalam menjalani aktivitas normal seperti duduk, berdiri, atau berjalan dalam waktu lama
  • Gangguan pola tidur akibat ketidaknyamanan fisik
  • Ketergantungan pada pengobatan untuk mengatasi rasa nyeri
  • Peningkatan risiko masalah kesehatan lain akibat keterbatasan aktivitas fisik (Mudhari et al., 2024)

Oleh karena itu, penanganan dini dan pendekatan holistik sangat penting untuk mencegah memburuknya dampak skoliosis pada kesehatan fisik dan mental penderita.

Penanganan Skoliosis Secara Medis Konvensional

Dalam dunia medis konvensional, penanganan skoliosis dilakukan melalui beberapa metode yang disesuaikan dengan tingkat keparahan kelengkungan tulang belakang:

1. Observasi dan Monitoring

  • Dilakukan pada kasus skoliosis ringan dengan sudut Cobb kurang dari 20°
  • Pemeriksaan berkala setiap 4-6 bulan untuk memantau perkembangan kurva
  • Dokumentasi perubahan postur dan pengukuran sudut Cobb secara teratur (Handayani et al., 2024)

2. Penggunaan Brace (Penyangga)

  • Direkomendasikan untuk pasien dengan sudut Cobb 20-40° yang masih dalam masa pertumbuhan
  • Brace harus dipakai 16-23 jam sehari untuk hasil optimal
  • Jenis brace yang umum digunakan:
    • Boston brace (TLSO – Thoraco-Lumbo-Sacral-Orthosis)
    • Milwaukee brace (CTLSO – Cervico-Thoraco-Lumbo-Sacral-Orthosis)
    • Charleston bending brace

3. Fisioterapi dan Latihan Khusus

  • Program latihan terstruktur untuk memperkuat otot punggung
  • Teknik Schroth – metode latihan tiga dimensi khusus untuk skoliosis
  • Latihan postur dan keseimbangan untuk mencegah progresivitas kurva
  • Stretching dan penguatan otot core (Mudhari et al., 2024)

4. Pembedahan

  • Dipertimbangkan untuk kasus skoliosis berat dengan sudut Cobb lebih dari 45°
  • Prosedur yang umum dilakukan adalah fusi tulang belakang dengan instrumentasi
  • Tujuan operasi:
    • Menghentikan progresivitas kurva
    • Memperbaiki deformitas
    • Mencegah komplikasi kardiopulmonal
    • Meningkatkan kualitas hidup pasien

5. Manajemen Nyeri

  • Pemberian obat anti inflamasi non steroid (NSAID) untuk mengatasi nyeri
  • Terapi modalitas seperti ultrasound dan TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation)
  • Teknik relaksasi dan manajemen stres (Handayani et al., 2024)

Pemilihan metode penanganan didasarkan pada beberapa faktor, termasuk:

  • Usia pasien dan tingkat kematangan tulang
  • Derajat kelengkungan (sudut Cobb)
  • Lokasi dan pola kurva
  • Risiko progresivitas
  • Tingkat keparahan gejala
  • Dampak pada kualitas hidup pasien (Mudhari et al., 2024)

Efek Samping dan Risiko Operasi Skoliosis

Meskipun operasi skoliosis merupakan pilihan penanganan untuk kasus berat, tindakan ini memiliki beberapa risiko dan efek samping yang perlu dipertimbangkan:

Risiko Umum Operasi

  • Infeksi pada area operasi dan luka
  • Perdarahan berlebih selama dan setelah operasi
  • Reaksi negatif terhadap anestesi
  • Pembentukan bekuan darah
  • Komplikasi pernapasan pasca operasi

Efek Samping Spesifik

  • Kerusakan saraf yang dapat menyebabkan:
    • Mati rasa atau kesemutan di tungkai
    • Kelemahan otot
    • Gangguan kontrol kandung kemih atau usus
  • Nyeri kronis pasca operasi yang memerlukan manajemen jangka panjang dengan analgesik (Chikih & Sudarsono, 2023)
  • Kegagalan implan atau perangkat keras ortopedi:
    • Longgarnya sekrup atau batang penyangga
    • Patahnya implan
    • Perlu operasi revisi

Komplikasi Jangka Panjang

  • Keterbatasan gerakan pada area yang difusi
  • Degenerasi segmen tulang belakang di atas atau di bawah area fusi (Ramadhani et al., 2023)
  • Nyeri punggung kronis yang dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari
  • Risiko osteoartritis pada sendi yang berdekatan dengan area fusi

Dampak pada Aktivitas

  • Pembatasan aktivitas fisik selama masa pemulihan (3-6 bulan)
  • Perlunya modifikasi gaya hidup jangka panjang
  • Keterbatasan dalam beberapa jenis olahraga atau aktivitas berat
  • Periode rehabilitasi yang panjang dengan fisioterapi intensif (Ahmad et al., 2023)

Risiko Psikologis

  • Depresi pasca operasi
  • Kecemasan terkait hasil operasi
  • Masalah citra diri selama masa pemulihan
  • Stres akibat ketergantungan pada orang lain selama pemulihan

Mengingat kompleksitas efek samping dan risiko ini, keputusan untuk menjalani operasi skoliosis harus dipertimbangkan dengan matang melalui diskusi mendalam antara pasien, keluarga, dan tim medis.

Terapi Skoliosis Ringan dan Parah Secara Tradisional

Pendekatan tradisional dalam menangani skoliosis telah dipraktikkan secara turun-temurun di berbagai budaya. Beberapa metode tradisional yang masih digunakan meliputi:

1. Pijat Tradisional

  • Teknik pijat dengan penekanan pada titik-titik tertentu di sepanjang tulang belakang
  • Penggunaan ramuan herbal sebagai minyak pijat untuk melancarkan peredaran darah
  • Kombinasi pijat dan stretching untuk meningkatkan fleksibilitas otot

2. Jamu dan Ramuan Herbal

  • Kunyit dan temulawak untuk mengurangi peradangan
  • Jahe untuk melancarkan peredaran darah dan mengurangi nyeri
  • Daun sirih untuk membantu proses penyembuhan

Pengobatan Skoliosis Selain Operasi Secara Alami

1. Latihan Postur

  • Latihan keseimbangan dengan berdiri satu kaki
  • Gerakan peregangan tulang belakang
  • Latihan penguatan otot core
  • Yoga dan pilates yang disesuaikan untuk kondisi skoliosis

2. Modifikasi Gaya Hidup

  • Perbaikan posisi duduk dan tidur
  • Penggunaan bantal dan kasur yang tepat
  • Pembatasan aktivitas yang membebani tulang belakang
  • Menjaga berat badan ideal

Terapi Skoliosis Thorakalis Dan Lainnya Secara Alami

Operasi bukanlah jalan satu satunya, pengalaman dilapangan ada banyak upaya yang bisa dilakukan untuk melakukan terapi skoliosis pada anak maupun dewasa. Pengobatan skoliosis selain operasi diantaranya:

1. Akupunktur

  • Penusukan pada titik-titik meridian untuk menyeimbangkan energi
  • Kombinasi dengan elektrostimulasi untuk hasil optimal
  • Terapi berkala untuk mempertahankan hasil

2. Terapi PAZ Al Kasaw Khusus Pengobatan Skoliosis Selain Operasi

  • Penyelarasan rangka tubuh dimulai dari pembenahan posisi pinggul, tulang belakang, sampai keseluruhan rangka
  • Teknik mobilisasi sendi
  • Program perawatan berkelanjutan

Seperti kisah adek kita ini, bisa lepas brace selepas di terapi  skoliosis dengan konsep PAZ Al Kasaw

skoliosis adalah kelainan pada tulang yang berciri pengobatan skoliosis paz
Hore Lepas Brace Setelah Diterapi PAZ Al Kasaw

Terapi PAZ Al Kasaw merupakan hasil kajian rasional empiris selama lebih dari 15 tahun. Penemunya adalah Ustadz Haris Moedjahid Rahimahullah. Beliau dikenal ahli biomekanik penyerasa urusan masalah rangka pada tubuh manusia. Metodenya sangat sederhana bisa di implementasikan pada anak maupun sudah dewasa.

Testimoni hasil terapi skoliosis pada anak lainnya misalnya pada kiriman foto berikut. Anda perhatikan alur kabel untuk mengilustrasikan bentuk awal tulangnya seperti apa. Foto tersebut dikirim langsung dari orang tuanya. Foto sebelah kiri 20 maret sebelum dilakukan terapi kepadanya.

terapi skoliosis parah terapi skoliosis pada anak
Perhatikan Kabelnya

Foto sebelah kanan, tanggal 24 maret selepas diberikan terapi PAZ. Maka sungguh awalnya ada beberapa lekukan, secara alamiah saja dengan dilakukan terapi sudah ada perbaikan yang sangat signifikan.

Pusat Terapi Skoliosis | Pusat Pengobatan Skoliosis Selain Operasi

Jika anda atau putra putri anda memiliki keluhan skoliosis dan ingin langsung diterapi oleh tim Ahli Kami, Silakan bisa berkunjung ke Einas Terapi Pusat di Ayub Camp Klaten Jawa Tengah.

Alamat:  Jl. Kh. Ahmad Dahlan Gg. H. Sugiyanto, RT.1/RW.14, Sidorejo, Belang Wetan, Kec. Klaten Utara, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah 57438.

Selengkapnya bisa koordinasi dengan salah satu tim customer service kami di nomor:

  • 0811-2655-267 (Whatsapp Ibu Khadijah)
  • 0813-2671-1362 (Whatsapp Ibu Sarah)

Jam buka praktek, insya Allah setiap hari buka sejak 09.00 – 16.00 Wib.

Integrasi Berbagai Pendekatan

Pendekatan terbaik dalam menangani skoliosis seringkali adalah kombinasi dari berbagai metode yang disesuaikan dengan:

  • Tingkat keparahan skoliosis
  • Usia dan kondisi fisik pasien
  • Gaya hidup dan aktivitas sehari-hari
  • Respon tubuh terhadap berbagai metode terapi

Penanganan Skoliosis dengan Gaya Hidup Sehat dan Metode PAZ Al Kasaw

Prinsip Dasar Metode PAZ Al Kasaw

Metode PAZ Al Kasaw merupakan pendekatan holistik yang menggabungkan pola hidup sehat dengan serangkaian gerakan terapi khusus untuk menangani skoliosis. Metode ini menekankan pentingnya keseimbangan rangka tubuh manusia.

Komponen Gaya Hidup Sehat dalam PAZ Al Kasaw

  • Pengaturan Pola Tidur
    • Tidur Cukup Idealnya 7-8 jam sehari
    • Penggunaan kasur dengan tingkat kekerasan medium
    • Posisi tidur menyamping dengan bantal di antara lutut (nanti akan diajari oleh tim terapisnya)
  • Nutrisi Seimbang
    • Konsumsi makanan kaya kalsium dan vitamin D
    • Asupan protein yang cukup untuk pembentukan otot
    • Hindari makanan yang memicu peradangan
  • Manajemen Aktivitas
    • Pembatasan aktivitas yang membebani tulang belakang
    • Pengaturan posisi duduk dengan dukungan lumbal
    • Memperhatikan aktivitas yang berpotensi memperparah masalah penyakitnya
  • Pengobatan Efek Samping dari Masalah Skoliosis yang kadang muncul.

Gerakan Terapi PAZ Al Kasaw

Program terapi ini dilakukan secara bertahap dengan durasi 15-30 menit per sesi, 3-4 kali seminggu (kami berikan PR gerakan supaya bisa dikerjakan terapi skoliosis di rumah). Setiap gerakan dirancang untuk:

  • Penguatan Otot Core
    • Latihan stabilisasi tulang belakang
    • Gerakan isometrik untuk otot – otot yang terkait dengannya
    • Latihan keseimbangan statis dan dinamis
  • Peregangan Terfokus
    • Stretching otot paravertebral dan lainnya
    • Mobilisasi sendi tulang belakang dan lainnya
    • Perbaikan derajat kemiringan dengan penguatan sisi badan yang kendor

Integrasi dengan Aktivitas Sehari-hari

Metode PAZ Al Kasaw menekankan pentingnya mengintegrasikan prinsip-prinsip terapi ke dalam rutinitas harian:

  • Postur Kerja
    • Boleh mempertimbangkan penggunaan kursi yang lebih ergonomis
    • Ketinggian meja yang sesuai jangan sampai bikin badan bungkuk maupun memperparah skoliosisnya
    • Rotasi aktivitas untuk menghindari posisi statis berkepanjangan atau salah me-rotasikan badan (cek pantel kendornya oleh terapis untuk memastikannya)
  • Aktivitas Fisik Terukur
    • Berjalan metode JAPZ dengan postur tegak bisa dimulai dari 5 menit, 10 menit, bahkan 30 menit per hari (bertahap).
    • Latihan beban ringan dengan pengawasan serta disesuaikan diagnosa badan
    • Aktivitas PR Gerakan terapi paz rutin pagi dan sore. Ini yang paling penting.

Pemantauan dan Evaluasi

Keberhasilan metode ini bergantung pada pemantauan berkala yang meliputi:

  • Pengukuran derajat kurva setiap kontrol dengan terapis. Kontrol biasanya per 2 minggu sekali.
  • Evaluasi kekuatan otot dan fleksibilitas
  • Penilaian kualitas hidup dan tingkat nyeri
  • Bila dibutuhkan dokumentasi perkembangan melalui foto postur

Dengan pendekatan holistik ini, metode PAZ Al Kasaw telah menunjukkan hasil positif dalam manajemen skoliosis, terutama pada kasus ringan hingga sedang.

Pentingnya Deteksi dan Penanganan Dini Skoliosis

Berdasarkan pengalaman kami di Einas Terapi, Terapi Skoliosis Ringan / Parah yang terdeteksi dan ditangani sejak dini memiliki peluang kesembuhan yang sangat baik.

Hal ini terutama berlaku pada kasus skoliosis ringan hingga sedang dengan sudut Cobb kurang dari 20°. Keberhasilan terapi alami untuk skoliosis bergantung pada tiga pilar utama:

1. Komitmen Pasien

  • Konsistensi dalam melakukan latihan terapi sesuai jadwal
  • Disiplin menerapkan pola hidup sehat
  • Kesediaan mengubah kebiasaan postur yang salah
  • Ketaatan mengikuti program terapi yang diberikan

2. Peran Terapis

  • Memberikan panduan latihan yang tepat dan aman
  • Melakukan pemantauan berkala terhadap perkembangan pasien
  • Menyesuaikan program terapi sesuai respons tubuh pasien
  • Memberikan motivasi dan dukungan psikologis

3. Dukungan Keluarga

  • Mendampingi pasien selama proses terapi
  • Membantu menciptakan lingkungan yang mendukung pemulihan
  • Memberikan dukungan moral dan semangat
  • Memastikan kepatuhan pasien terhadap program terapi

Penelitian menunjukkan bahwa program preventif dan deteksi dini skoliosis yang dilakukan pada usia sekolah dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga postur tubuh yang baik (Dewangga et al., 2024). Dengan pendekatan holistik yang melibatkan latihan core stability dan edukasi postur, potensi kesembuhan skoliosis menjadi lebih optimal.

Keberhasilan terapi skoliosis secara alami membutuhkan kesabaran dan ketekunan. Proses pemulihan bisa memakan waktu 6-12 bulan, tergantung pada tingkat keparahan dan respons individual pasien. Yang terpenting adalah konsistensi dalam menjalankan program terapi skoliosis ringan parah dan dukungan dari lingkungan sekitar untuk mencapai hasil yang optimal.

Dengan komitmen yang kuat dari semua pihak terkait – pasien, terapis, dan keluarga – penyakit skoliosis parah yang terdeteksi sejak dini memiliki prospek kesembuhan yang sangat menjanjikan melalui metode terapi skoliosis alami pakai PAZ Al Kasaw.

 

Penyusun

 

Anjrah Ari Susanto, S.Psi. ( Tiktok, Instagram, Facebook)

Pengamat Dan Praktisi Terapi Tradisional, Penulis Buku Terapi Haris Moedjahid Sang Medical Hacker

 

……

Referensi Penulisan Terapi Skoliosis Ringan | Pengobatan Skoliosis Selain Operasi

Ahmad, H., Dahmadi, A. B., & Muthiah, S. (2023). PENGARUH PEMBERIAN TENS DAN McKENZIE EXERCISE TERHADAP PENINGKATAN FUNGSIONAL LUMBAL PADA PENDERITA ISCHIALGIA AKIBAT HNP LUMBAL DI RSUD PANGKAJENE DAN KEPULAUAN. In Media Fisioterapi Politeknik Kesehatan Makassar (Vol. 13, Issue 1, p. 19). Poltekkes Kemenkes Makassar. https://doi.org/10.32382/mf.v13i1.3176

Chikih, C., & Sudarsono, N. C. (2023). Analgesik dan Anti-Inflamasi pada  Cedera Sprain Pergelangan Kaki:  Evidence Based Case Report. In Journal Of The Indonesian Medical Association (Vol. 72, Issue 6, pp. 291–297). Ikatan Dokter Indonesia. https://doi.org/10.47830/jinma-vol.72.6-2022-799

Dewangga, M. W., Kinasih, P., Farizqi, K. L., Anggraheni, A. V., Safira, C. I., & Pristianto, A. (2024). PROGRAM PREVENTIF DAN DETEKSI DINI SKOLIOSIS PADA ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH DI SMPN 3 SURAKARTA. In Servirisma (Vol. 4, Issue 1, pp. 1–7). Duta Wacana Christian University. https://doi.org/10.21460/servirisma.2024.41.43

Handayani, K. T., Hamisah, H., & Mustari, Y. (2024). Hubungan antara Beban Tas dengan Risiko Skoliosis pada Siswa Kelas 4-6 Sekolah Dasar. In Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi (Vol. 8, Issue 2, pp. 194–203). Universitas Widya Husada Semarang. https://doi.org/10.33660/jfrwhs.v8i2.352

Mudhari, D. N. R., Rahmawati, N. A., & Jumianti, S. E. (2024). Penyuluhan Fisioterapi Mengenai Postur Tubuh sebagai Pencegahan Skoliosis pada Remaja di Madrasah Aliyah Al – Irtiqo’ Kota Malang. In Jurnal Abdi Masyarakat Indonesia (Vol. 4, Issue 6, pp. 1511–1516). CV Firmos. https://doi.org/10.54082/jamsi.1320

Ramadhani, D. T., Rahman, F., & Haryatmo, H. (2023). Penatalaksanaan Fisioterapi dengan Mckenzie Exercise dan Core Stability Exercise Pada Kondisi Hernia Nukleus Pulposus (HNP) Lumbal: Case Report. In Ahmar Metastasis Health Journal (Vol. 2, Issue 4, pp. 207–215). Yayasan Ahmad Mansyur Nasirah. https://doi.org/10.53770/amhj.v2i4.157

Susanta, H. (2023). ALAT PENGUKURAN KELENGKUNGAN TULANG BELAKANG MANUSIA BERBASIS ARDUINO UNO. In Jurnal Teknologi Komputer dan Informatika (Vol. 2, Issue 1, pp. 154–160). Politeknik Pajajaran ICB Bandung. https://doi.org/10.59820/tekomin.v2i1.168

Syabariyah, S., Anesti, R., & Alfin, R. (2022). Kemaknaan Lengkung Kurvatura dan Rib Hump pada Skrining Risiko Skoliosis. In Buletin Ilmu Kebidanan dan Keperawatan (Vol. 1, Issue 02, pp. 53–62). The Indonesian Institute of Science and Technology Research. https://doi.org/10.56741/bikk.v1i02.125

 

 

 

 

Tuliskan Komentar Atau Pertanyaanmu:

Your email address will not be published. Required fields are marked *