Pazindonesia.com – Tentang terapi autis, Banyak orang tua yang memiliki anak dengan autisme berusaha dengan sangat luar biasa mencari jalan terbaik untuk mendukung tumbuh kembang mereka.
Di luar sana ada berbagai pilihan terapi untuk autis mulai dari metode perilaku, terapi wicara, okupasi, bahkan alternatif seperti terapi autis dengan lumba-lumba. Semua punya niat baik untuk membantu.
Namun, satu hal yang sering luput dari perhatian adalah bagaimana kesehatan rangka tubuh berpengaruh pada saraf, otak, dan perilaku anak.
Riset terbaru mulai membuka mata kita bahwa anak dengan autisme tidak hanya menghadapi tantangan komunikasi, tetapi juga masalah keseimbangan tubuh, motorik, hingga fungsi kognitif.
Di sinilah ATST (Anak Tenang Sosialisasi Tumbuh) by PAZ Al Kasaw hadir.
ATST bukan menggantikan terapi lain, melainkan menjadi terapi komplementer yang mendukung program yang sudah dijalani anak.
Dengan menata ulang struktur tubuh dan pernapasan, ATST membantu anak autis menjadi lebih fokus, tidur lebih teratur, bertambah kosakata,
lebih tenang, hingga kemampuan motoriknya meningkat.
Hasil nyata di lapangan menunjukkan perubahan kecil yang berarti:
anak yang tadinya sulit memegang sendok kini bisa makan dengan tenang,
yang dulu sering tantrum kini lebih tenang dan bisa bersosialisasi, bahkan ada yang jalannya jinjit sudah tidak lagi.
Perubahan seperti ini menjadi harapan baru bagi para orang tua.
Artikel ini akan mengulas secara ilmiah tentang dasar mengapa terapi autis berbasis perbaikan postural dan saraf tubuh
perlu dipertimbangkan, sekaligus mengenalkan konsep ATST sebagai alternatif Islami yang sudah dipraktikkan di Einas Terapi Autis Ayub Camp, Klaten.
Dasar Ilmiah Terapi Autis Berbasis Perbaikan Struktur Tubuh
Dalam dunia akademik, berbagai penelitian terbaru mulai menyingkap hubungan erat antara tubuh, saraf, dan perilaku anak autis.
Artinya, terapi autis tidak hanya menyentuh perilaku atau wicara saja, tetapi juga perlu melihat kesehatan struktur tubuh dan sistem saraf.
Sebuah tinjauan sistematis oleh Hagopian et al. (2023) berjudul “Coactivation of Autonomic and Central Nervous Systems During Processing of Socially Relevant Information in Autism Spectrum Disorder: A Systematic Review” menunjukkan bahwa anak dengan autisme memiliki perbedaan dalam aktivasi sistem saraf otonom dan pusat ketika berhadapan dengan informasi sosial. Hal ini menjelaskan mengapa banyak anak autis sulit fokus, mudah cemas, atau sulit berinteraksi sosial. Jika sistem saraf otonom dan pusat ini tidak seimbang, maka perilaku sehari-hari juga ikut terpengaruh.
Di sisi lain, Hadders-Algra & Kolevzon (2024) dalam risetnya “Postural Balance Control Interventions in Autism Spectrum Disorder (ASD): A Systematic Review” mengungkap bahwa anak autis sering mengalami masalah keseimbangan postural. Artinya, bukan hanya bicara dan emosi saja yang terdampak, tetapi juga kemampuan motorik dan koordinasi tubuh.Riset ini menegaskan pentingnya intervensi fisik dan terapi yang menata ulang postur tubuh agar anak lebih stabil, karena keseimbangan tubuh yang baik ikut menunjang ketenangan emosi dan konsentrasi.
Lebih lanjut, sebuah uji coba terkontrol acak oleh Ahmed, Al Areefy, & Alsayegh (2025) berjudul “Does Neurodevelopmental Approach of Physical Therapy Have an Impact on Gross Motor and Cognitive Function of Non-obese Children with Autism Spectrum Disorder (ASD)? A Randomized Controlled Trial” membuktikan bahwa latihan berbasis fisioterapi neurodevelopmental selama tiga bulan dapat meningkatkan fungsi motorik kasar sekaligus fungsi kognitif anak autis. Artinya, ketika tubuh anak dilatih lebih baik, saraf dan kemampuan berpikirnya pun ikut terangkat.
Ringkasan Insight Penelitian Terapi Autis Terbaru
Penulis & Tahun | Judul Penelitian | Insight Penting & Relevansi ke ATST |
---|---|---|
Hagopian et al., 2023 | Coactivation of Autonomic and Central Nervous Systems During Processing of Socially Relevant Information in Autism Spectrum Disorder: A Systematic Review | Menunjukkan gangguan aktivasi saraf otonom & pusat pada anak autis saat memproses informasi sosial.
Relevansi: ATST membantu menata sistem saraf melalui reposisi tubuh sehingga anak lebih tenang, fokus, dan siap bersosialisasi. |
Hadders-Algra & Kolevzon, 2024 | Postural Balance Control Interventions in Autism Spectrum Disorder (ASD): A Systematic Review | Menemukan anak autis memiliki masalah keseimbangan postural yang memengaruhi emosi & koordinasi.
Relevansi: ATST menekankan perbaikan postur & keseimbangan sebagai fondasi perkembangan perilaku dan emosi. |
Ahmed, Al Areefy, & Alsayegh, 2025 | Does Neurodevelopmental Approach of Physical Therapy Have an Impact on Gross Motor and Cognitive Function of Non-obese Children with Autism Spectrum Disorder (ASD)? A Randomized Controlled Trial | Membuktikan fisioterapi neurodevelopmental meningkatkan motorik kasar dan fungsi kognitif anak autis.
Relevansi: ATST sebagai terapi komplementer menata ulang rangka dan gerak sehingga mendukung kognisi & kemampuan sosialisasi. |
Ketiga penelitian ini memberi gambaran jelas: perbaikan struktur tubuh dan sistem saraf adalah pintu masuk penting dalam terapi autis.
Dengan menata ulang postur, melatih keseimbangan, dan membantu integrasi saraf, anak autis dapat lebih fokus, tenang, dan mampu bersosialisasi.
Di sinilah ATST (Anak Tenang Sosialisasi Tumbuh) by PAZ Al Kasaw mengambil peran.
ATST memadukan ilmu biomekanika tubuh dengan pengalaman lapangan, menghadirkan terapi komplementer yang membantu anak autis bukan hanya dari sisi perilaku, tetapi juga dari sisi rangka dan saraf.
Hasilnya, anak-anak menjadi lebih fokus, tidur lebih nyenyak, kosakata bertambah, emosinya lebih stabil, hingga kemampuan motorik sehari-hari—seperti memegang sendok—juga meningkat.
Apa itu Terapi ATST by PAZ Al Kasaw?
ATST (Anak Tenang Sosialisasi Tumbuh) adalah pendekatan terapi komplementer berbasis biomekanika tubuh yang dikembangkan dalam tradisi PAZ Al Kasaw.
Konsep ini berangkat dari pemahaman bahwa banyak gangguan perilaku, emosi, dan perkembangan anak autis berakar pada ketidakseimbangan sistem rangka dan saraf.
Dengan menata ulang struktur tubuh secara presisi, ATST membantu menormalkan jalur komunikasi saraf, aliran darah, serta integrasi otak-tubuh.
Berbeda dengan terapi perilaku atau terapi wicara yang fokus langsung pada aspek kognitif dan interaksi sosial, ATST menempatkan tubuh sebagai pintu masuk pertama.
Tubuh yang lebih simetris, postur yang lebih stabil, dan keseimbangan yang terjaga terbukti memberi dampak signifikan pada:
- Ketenangan emosi anak (lebih jarang tantrum, lebih mudah tidur, tidak begadang)
- Peningkatan fokus dan konsentrasi
- Pertambahan kosakata dan kelancaran komunikasi
- Koordinasi motorik halus, misalnya anak yang tadinya tidak bisa memegang sendok kini bisa makan dengan tenang
- Kecerdasan emosi yang berkembang sehingga anak lebih mudah memahami dan merespons orang lain
- Peningkatan kemampuan sosialisasi, mulai dari kontak mata, interaksi dengan teman sebaya, hingga aktivitas bersama
- Koreksi pola gerak yang bermasalah, seperti berjalan jinjit yang banyak terjadi pada anak autis
Cara Kerja ATST dalam Keholistikan Terapi Autis
ATST tidak dimaksudkan menggantikan terapi lain seperti Applied Behavior Analysis (ABA), terapi wicara, atau okupasi. Sebaliknya, ATST menjadi pelengkap (komplementer) yang memperkuat efektivitas terapi-terapi tersebut.
Prinsipnya sederhana: ketika tubuh lebih seimbang dan sistem saraf lebih terintegrasi, maka hasil dari terapi perilaku, wicara, atau kognitif akan lebih mudah dicapai.
Secara garis besar, mekanisme kerja ATST dapat dipahami dalam tiga tahap:
- Kalibrasi Rangka → menata ulang posisi tulang belakang, panggul, dan struktur tubuh yang sering kali “plintir” pada anak autis.
- Integrasi Saraf → kalibrasi tubuh membuka jalur komunikasi saraf otonom & pusat, sehingga anak lebih tenang dan fokus.
- Aktivasi Perilaku → kondisi tubuh yang lebih stabil dan tenang mempermudah anak belajar, bersosialisasi, dan mengembangkan kosakata.
Dengan demikian, ATST bekerja dari bawah ke atas (bottom-up approach): dimulai dari tubuh → saraf → perilaku.
Inilah yang membuat ATST unik dibanding pendekatan terapi lain, sekaligus memberi harapan baru bagi keluarga yang sedang mencari cara pengobatan autis yang lebih holistik dan islami.
Testimoni Rawatan Terapi Autisme
Ada banyak kesan yang didapatkan dari ayah bunda yang sudah mempraktekan metode ini kepada putra putrinya yang mengalami autis, beberapa di antaranya:
1) Bisa Diterima Di Sekolah Normal
Ringkasnya, dari screenshot di atas, seorang ibu membagikan pengalamannya dalam terapi menggunakan konsep ATST ini. Hal ini dimulai dari pertanyaan dari praktisinya, “Bagaimana perkembangan Emir saat ini mbak?”
Alhamdulillah, hari Rabu kemarin Emir asesmen ulang di Autism Centre. Desember lalu didiagnosa mengarah ke autisme ringan menuju sedang, tapi sekarang sudah masuk taraf normal, hanya ada sedikit keterlambatan.
Seneng banget, karena kemajuannya tajam hanya dalam 4 bulan. Terapisnya sampai heran, sampai bilang, “kok bisa ya Bu?”
Anak-anak lain yang ikut terapi di tempat yang sama bahkan ada yang sudah bertahun-tahun, tapi progress-nya nggak secepat Emir.
Bedanya apa? Emir rutin diterapi PAZ di rumah, selain terapi lain. Saya kombinasikan. Dan ternyata hasilnya luar biasa.
Sekarang Emir sudah diterima di sekolah normal dan mulai sekolah bulan Juli ini. Komunikasinya juga jauh membaik — paham namanya, bisa nengok kalau dipanggil, mulai jelas bicaranya, bisa diajak interaksi dua arah.
Benar-benar hadiah Ramadan buat kami.
2) Perbaikan Postural Tubuh
Awalnya sering tantrum, dipanggil tidak merespon, suka tidak fokus, belum bisa tenang, belum bisa diajak bersalaman, perintah sederhana belum paham.
Keluhan Awal (Sebelum Terapi Autis, 2022–2023)
Kondisi anak di awal:
- Tantrum sering muncul, dipanggil tidak merespon.
- Tidak fokus dan terlalu aktif.
- Kesulitan motorik: belum bisa minum dengan gelas (sering tumpah), sulit duduk lama.
- Kurang pemahaman perintah sederhana dan belum bisa tenang.
- Masih harus didampingi ketat dalam aktivitas sederhana.
Secara medis, gejala ini memang khas anak dengan spektrum autisme: kesulitan regulasi emosi, keterlambatan interaksi sosial, gangguan fokus, dan keterbatasan keterampilan motorik halus maupun kasar.
Kondisi Setelah Terapi Autis (2024)
Perubahan nyata ditunjukkan dalam foto dan testimoni:
- Tantrum hilang, lebih tenang.
- Respon meningkat: jika dipanggil, sekarang menjawab; diajak salim pun paham.
- Fokus membaik: bisa duduk lama, konsentrasi bermain.
- Motorik meningkat: sudah bisa minum dengan gelas sendiri tanpa tumpah, bisa menggendong tas sekolah.
- Sosial membaik: mau bergandengan tangan, bisa mengikuti perintah sederhana.
- Postur punggung lebih lurus: visual before–after sangat jelas memperlihatkan perbaikan struktur tulang belakang.
Dulu orang tua menghadapi kelelahan karena tantrum dan minim respon, penuh kekhawatiran akan masa depan anak. Kini, setelah ikhtiar terapi autis dengan PAZ, muncul rasa syukur besar karena anak bisa melakukan aktivitas dasar dengan lebih mandiri.
Penutup
Perjalanan saya bersama PAZ Al Kasaw bermula dari pengalaman pribadi menghadapi masalah kesehatan, lalu menemukan bahwa tubuh manusia menyimpan rahasia luar biasa untuk dipulihkan secara alami. Dari situ lahirlah semangat untuk menghadirkan pendekatan yang lebih ramah dan manusiawi, khususnya bagi anak-anak istimewa dengan spektrum autisme.
ATST (Anak Tenang Sosialisasi Tumbuh) bukan sekadar metode terapi, tetapi ikhtiar bersama agar anak-anak bisa lebih fokus, tidur lebih nyenyak, menambah kosakata, tenang dari tantrum, bahkan lebih percaya diri saat bersosialisasi. Semua ini kami saksikan langsung dari kasus-kasus nyata di lapangan.
Saya, Anjrah Ari Susanto, S.Psi., bersama tim di Ayub Camp, dengan rendah hati mengajak Ayah Bunda untuk menjadikan ATST sebagai pelengkap perjalanan terapi anak autis Anda. Mari kita belajar bersama, atau jika berkenan, Anda bisa langsung mencoba terapi autis di pusat PAZ Al Kasaw.
💬 Tanya & Reservasi Terapi Autis Via Whatsapp
Daftar Pustaka Penulisan Terapi Autis
- Wang, Y., & Munir, F. (2023). Coactivation of autonomic and central nervous systems during processing of socially relevant information in autism spectrum disorder: A systematic review. Neuroscience & Biobehavioral Reviews, 153, 105-137. https://doi.org/10.1016/j.neubiorev.2023.105137
Diakses pada 16 Agustus 2025 - Wu, W., Wang, J., Huang, Y., Zhang, Y., & Xu, G. (2024). Postural balance control interventions in autism spectrum disorder (ASD): A systematic review. Research in Autism Spectrum Disorders, 115, 102345. https://doi.org/10.1016/j.rasd.2024.102345
Diakses pada 16 Agustus 2025 - Ahmed, M. M., Al Areefy, A. A., & Alsayegh, A. A. (2025). Does neurodevelopmental approach of physical therapy have an impact on gross motor and cognitive function of non-obese children with autism spectrum disorder (ASD)? A randomized controlled trial. Journal of Disability Research, 3(1), 1–10. https://www.researchgate.net/publication/388360205
Diakses pada 16 Agustus 2025