Terapi Skoliosis Ringan | Pengobatan Skoliosis Selain Operasi Dengan Metode Ini

Pazindonesia.com – Sebelum kita membicarakan terapi skoliosis ringan dan bagaimana sih proses pengobatan skoliosis selain operasi, kita tahu bahwa Penyakit Skoliosis telah menjadi masalah kesehatan yang semakin mengkhawatirkan di kalangan anak-anak dan remaja masa kini.

Kondisi tulang belakang yang bengkok seperti huruf “S” atau “C” ini tidak hanya mengganggu penampilan, tetapi juga dapat menyebabkan rasa nyeri, kesulitan bernapas, hingga gangguan fungsi organ vital jika dibiarkan tanpa penanganan yang tepat.

Di era digital ini, kebiasaan anak-anak yang sering membungkuk saat menggunakan gadget, posisi duduk yang salah saat belajar, dan kurangnya aktivitas fisik semakin meningkatkan risiko terjadinya skoliosis.

Sayangnya, banyak orang tua yang baru menyadari kondisi ini ketika kelainan tulang belakang sudah terlanjur parah.

Btw, Yang Mau Langsung Reservasi Terapi Skoliosis Ringan dengan Tim Ahli Kami, Silakan Chat Whatsapp Melalui Link Ini  atau telepon: 082136980137.

Oke Kita Lanjut..

Data Terkini Penderita Skoliosis

Berdasarkan data terkini, prevalensi skoliosis menunjukkan angka yang cukup mengkhawatirkan. Menurut World Health Organization (WHO), sekitar 2-3% populasi dunia berisiko mengalami skoliosis. Data dari The National Scoliosis Foundation USA mencatat bahwa kasus skoliosis mencapai 4,5% dari total populasi umum di dunia (Mudhari et al., 2024).

Di Indonesia sendiri, prevalensi skoliosis diperkirakan berkisar antara 3% hingga 5% dari total populasi (Mudhari et al., 2024). Angka ini perlu mendapat perhatian serius mengingat skoliosis paling banyak terjadi pada usia remaja, dengan persentase 2-4% dari total populasi remaja.

pengobatan skoliosis selain operasi terapi paz skoliosis

Studi terbaru menunjukkan bahwa progresivitas skoliosis dapat meningkat secara signifikan pada usia 10-12 tahun atau tahun terakhir sebelum menarche, dengan peningkatan mencapai 10-15° per tahun (Handayani et al., 2024). Hal yang lebih mengkhawatirkan adalah ditemukannya sebanyak 30,8% siswa yang membawa tas sekolah dengan beban lebih dari 10% dari berat badan mereka, dimana 88,2% dari mereka melaporkan mengalami gangguan muskuloskeletal terutama di bagian leher, bahu dan punggung atas (Handayani et al., 2024).

Dalam satu dekade terakhir, kecacatan akibat gangguan muskuloskeletal telah meningkat sebesar 45% (Handayani et al., 2024). Angka ini menunjukkan pentingnya deteksi dini dan penanganan yang tepat untuk mencegah progresivitas skoliosis yang dapat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. Continue reading →