Sharing, Testimoni PAZ Al Kasaw Bagaimana jika seseorang yang pernah lumpuh total, hidup 10 tahun dengan korset, bahkan kehilangan fungsi saraf kakinya. Kini bisa rukuk, menyetir, tidur tengkurap, dan mengajar orang lain menyembuhkan dirinya?
Kisah semacam ini sering dianggap anomali — bahkan mustahil — dalam pandangan medis konvensional. Apalagi jika kesembuhan itu tidak melalui obat, operasi, atau fisioterapi rumah sakit, tapi melalui metode koreksi tubuh alami bernama PAZ Al Kasaw.
Bu Ayu J Cahyasari, seorang ibu rumah tangga dari Depok, menjalani kondisi yang secara klinis tergolong kompleks: skoliosis derajat sedang, HNP lumbal 3–5, kebas total dari paha hingga kaki, hingga TB Millier yang menyerang otaknya. Ia sempat lumpuh, tidak bisa duduk tanpa disangga, dan memakai brace selama satu dekade.
Namun titik balik datang saat ia mengikuti pelatihan PAZ. Bukan sebagai pasien, tapi sebagai peserta yang belajar tentang tubuhnya sendiri. Dalam hitungan hari, ia bisa rukuk dengan sempurna. Dalam hitungan minggu, ia melepaskan brace-nya selamanya. Dan dalam hitungan bulan, ia menjadi P3K keluarga — bahkan menolong orang lain dengan ilmu yang ia dapat.
Artikel ini mencoba memotret kisah nyata Bu Ayu melalui pendekatan studi kualitatif fenomenologis. Bukan sekadar testimoni, tapi sebagai data hidup yang merekam perubahan fungsi tubuh, makna kesembuhan, dan transformasi identitas — dari pasien menjadi penyembuh.
- Apakah kesembuhan ini bisa dibuktikan secara ilmiah?
- Apakah metode PAZ yang tanpa alat, tanpa obat, bisa diterima dalam logika biomekanik dan kinesiologi modern?
Kita akan telusuri kisah ini dengan mata terbuka, hati terbuka, dan nalar yang jujur. Karena dalam setiap tubuh yang sembuh wasilah paz, ada ilmu yang belum sempat dibukukan.
Pendahuluan: Ketika Teori Tak Lagi Cukup, Tubuh Sebagai Sumber Ilmu
Dalam lanskap pengobatan modern, pendekatan Evidence-Based Medicine (EBM) menjadi standar emas dalam penentuan diagnosis, intervensi, dan evaluasi klinis. Namun, tidak semua pengalaman kesembuhan dapat dijelaskan sepenuhnya oleh angka statistik, hasil laboratorium, atau parameter objektif. Ada dimensi tubuh yang hanya bisa dibaca dari dalam: melalui pengalaman langsung individu itu sendiri. Continue reading →