Pazindonesia.com – Miliary tuberculosis masih menjadi tantangan kesehatan global yang serius. Badan Kesehatan Dunia WHO mencatat 10,4 juta kasus baru TB di dunia dengan 1 juta kasus merupakan TB anak (Utami et al., 2021). Indonesia menempati posisi kedua dengan lebih dari 1 juta kasus baru setelah India (Utami et al., 2021).
Data statistik menunjukkan TB milier berkontribusi kurang dari 2% dari seluruh kasus TB berdasarkan penelitian epidemiologi berbasis histologi (Utami et al., 2021). Di Provinsi Bali, tercatat 11,1% kasus TB anak dari total kasus TB pada tahun 2018 (Utami et al., 2021).
Proyeksi ke depan menunjukkan potensi peningkatan kasus, terutama pada anak-anak dengan sistem imun yang menurun. Penyebaran TB milier terjadi melalui jalur hematogen dan limfogen, dengan manifestasi penyebaran hematogen tersamar yang dapat menyebar ke organ luar paru dan penyebaran hematogen generalisata akut yang dapat berkembang menjadi TB milier atau meningitis TB (Utami et al., 2021).
Mengingat tingginya risiko penularan dan angka kematian TB milier miliary tuberculosis, diperlukan pendekatan pengobatan yang lebih komprehensif. Selain pengobatan konvensional, metode terapi alami yang dapat mendukung pemulihan pasien perlu dikembangkan untuk meningkatkan efektivitas penanganan TB milier, terutama pada pasien anak yang memerlukan pendekatan khusus dalam terapinya.
Definisi dan Karakteristik Miliary Tuberculosis
Miliary Tuberculosis adalah manifestasi berat dari infeksi Mycobacterium tuberculosis yang terjadi akibat penyebaran hematogen dan limfogen secara sistemik. Kondisi ini ditandai dengan munculnya nodul-nodul kecil berukuran 1-3 mm yang tersebar di berbagai organ tubuh (Utami et al., 2021).
Gejala Klinis
Gejala yang umum ditemukan pada penderita TB milier meliputi:
- Demam berkepanjangan
- Penurunan berat badan
- Batuk kronis
- Sesak napas
- Keringat malam
- Fatigue/kelelahan
Kelompok Berisiko
TB milier lebih sering menyerang kelompok dengan sistem imun yang lemah, termasuk:
- Anak-anak usia di bawah 5 tahun
- Lansia di atas 60 tahun
- Penderita HIV/AIDS
- Penderita diabetes mellitus
- Pasien yang menjalani terapi imunosupresan
Perjalanan Penyakit Miliary Tuberculosis
TB milier berkembang dalam waktu 2-6 bulan pertama setelah infeksi awal. Penyebaran dapat terjadi melalui dua jalur utama:
- Penyebaran hematogen tersamar yang menyebabkan TB pada organ di luar paru
- Penyebaran hematogen generalisata akut yang dapat berkembang menjadi TB milier atau meningitis TB (Utami et al., 2021)
Diagnosis dan Penanganan
Diagnosis TB milier memerlukan pendekatan komprehensif meliputi:
- Pemeriksaan fisik menyeluruh
- Pemeriksaan radiologi (foto toraks)
- Pemeriksaan mikrobiologi sputum
- Pemeriksaan darah lengkap
- Tes tuberkulin
Pengobatan TB milier membutuhkan kombinasi Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dengan durasi minimal 6-8 bulan disertai monitoring ketat untuk mencegah resistensi obat dan efek samping (Saad et al., 2024).
Tidak ditemukan hubungan langsung antara postur tubuh bungkuk dengan peningkatan risiko TB milier. Namun, postur yang buruk dapat mempengaruhi fungsi paru dan sistem imun secara tidak langsung.
Pengobatan Konvensional TB Milier
Dalam penanganan miliary tuberculosis, pengobatan standar menggunakan kombinasi Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang terdiri dari:
Fase Intensif (2 bulan pertama):
- Isoniazid (INH) – menghambat sintesis dinding sel bakteri
- Rifampisin (RIF) – menghambat sintesis RNA bakteri
- Pirazinamid (PZA) – membunuh bakteri dalam lingkungan asam
- Etambutol (EMB) – menghambat sintesis dinding sel bakteri
Fase Lanjutan (4-6 bulan):
- Isoniazid (INH)
- Rifampisin (RIF)
Dosis obat disesuaikan dengan berat badan pasien dan kondisi klinis. Monitoring ketat diperlukan untuk memantau efek samping dan respon pengobatan.
Pengobatan Herbal Pendukung
Beberapa tanaman herbal yang sering digunakan sebagai terapi pendukung pengobatan TB milier:
- Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) – mengandung kurkumin yang memiliki efek anti-inflamasi
- Meniran (Phyllanthus niruri) – meningkatkan sistem imun
- Sambiloto (Andrographis paniculata) – memiliki efek antimikroba
- Jahe (Zingiber officinale) – anti-inflamasi dan meningkatkan daya tahan tubuh
- Kunyit (Curcuma longa) – anti-inflamasi dan antimikroba
Penting dicatat bahwa pengobatan herbal hanya bersifat suportif dan tidak boleh menggantikan pengobatan OAT standar. Konsultasi dengan dokter diperlukan sebelum menggunakan terapi herbal untuk menghindari interaksi obat yang tidak diinginkan.
Terapi Suportif Untuk Miliary Tuberculosis Lainnya
- Perbaikan nutrisi dengan diet tinggi protein dan kalori
- Suplementasi vitamin, terutama vitamin D dan vitamin C
- Istirahat cukup dan manajemen stress
- Terapi oksigen jika diperlukan
- Fisioterapi dada untuk membantu pembersihan jalan napas
Harapan Baru: Terapi PAZ Al Kasaw untuk TB Milier
Di tengah berbagai tantangan pengobatan TB milier konvensional, metode terapi PAZ Al Kasaw hadir sebagai terobosan baru yang memberikan hasil menggembirakan.
Pendekatan hasil kristalisasi ilmu dan pengalaman praktek terapi lebih dari 15 tahun oleh sosok foundernya Ustadz Haris Moedjahid Rahimahullah, hari ini sudah banyak penyintas miliary tuberculosis yang merasakan manfaatnya.
PAZ adalah gaya sehat dan metode terapi penyehatan alamiah yang bertujuan untuk menjaga, memperbaiki, meningkatkan kualitas tubuh yang berfokus pada tindakan menormalkan jalur penyakit kenceng, kendor, melintir maupun kombinasinya pada tubuh manusia dengan rangkaian jurus berbasis biomekanik temuan Ustadz Haris Moedjahid Rahimahullah
Seperti kisah yang disampaikan oleh bapak Teguh asal Pontianak. Beliau menceritakan kisah pasiennya berhasil sembuh menterapi paz tb milier sebagai berikut:
1) Napas Baru Setelah Dikepung Miliary Tuberculosis: Kesembuhan di Jalan PAZ Al-Kasaw
“Dulu, saya tak bisa lepas dari tabung oksigen. Kini, saya bisa tarik napas bebas tanpa alat bantu. Semua karena izin Allah dan wasilah terapi PAZ Al-Kasaw.”
Suara itu datang dari seorang analis laboratorium di sebuah rumah sakit besar di Pontianak. Seorang perempuan muda, 27 tahun, yang harus melepaskan pekerjaannya karena tubuhnya melemah oleh serangan penyakit yang langka dan berat: Miliary Tuberculosis, bentuk komplikasi parah dari TBC yang menyerang organ-organ di luar paru-paru.
Bukan sekadar TB biasa. Ini adalah bentuk TB ekstra paru, di mana bakteri Mycobacterium tuberculosis menyebar luas lewat aliran darah, menempel ke berbagai organ tubuh vital seperti otak, hati, bahkan sumsum tulang.
Kondisinya nyaris gawat darurat. Saat pertama kali datang ke tempat terapi PAZ Al-Kasaw, ia harus dibopong keluarga. Hidungnya tak lepas dari selang oksigen. Dalam sehari, dua tabung kecil oksigen bisa habis. Berat badannya susut drastis, tinggal sekitar 39 kg dari sebelumnya di atas 50 kg.
Dokter spesialis paru yang menanganinya bahkan sempat angkat tangan. Sambil memberi saran tak biasa: “Coba cari pengobatan non-medis, mungkin ada jalannya di sana…”
Sebuah pintu harapan pun terbuka. Ia dan keluarganya mengenal metode PAZ Al-Kasaw — metode terapi pengobatan tradisional tanpa obat, tanpa alat medis, tanpa pijatan, tanpa jimat. Hanya fokus pada keseimbangan struktur rangka tubuh agar kembali ke posisi idealnya: nol koma nol.
Awal yang Sulit, Tapi Tanda-tanda Kesembuhan Muncul Cepat
Ketika sesi terapi dimulai, tubuhnya yang lemah membuat proses berjalan pelan. Gerakan terapi sederhana khas PAZ Al-Kasaw harus disesuaikan. Otot-otot pernapasan, terutama otot interkostal yang ada di antara tulang rusuk, menjadi titik fokus aktivasi. Satu per satu, ketegangan dibuka, rongga dada diberi ruang, tekanan-tekanan di dalam tubuh mulai reda.
Empat kali pertemuan. Itulah titik balik. Di terapi keempat, ia mulai bisa melepas oksigen. Sebuah pencapaian besar yang sebelumnya tak pernah terbayangkan oleh keluarganya. Bayangkan, dari napas yang selalu dibantu mesin, kini bisa bernapas lega dengan tubuh sendiri.
Dan yang lebih menakjubkan: proses ini tanpa operasi, tanpa alat canggih, dan tanpa efek samping. Hanya dengan menyelaraskan tubuh seperti desain awal penciptaannya.
2) Kisah Pengobatan TB Milier Ibu Ayu J Cahyasari Asal Jakarta
Dari Kursi Roda ke Pelukan Kehidupan: Perjalanan Melawan TB Millier dan Luka Tubuh yang Dalam
Pernahkah kamu membayangkan hidup dalam tubuh yang tak lagi bisa kamu kendalikan? Bangun dari tidur saja tak bisa. Berdiri pun harus dengan bantuan. Bahkan hanya ingin “mulet”—menggeliat sejenak setelah tidur—bisa bikin kaki kram sekujur. Itulah yang Bu Ayu rasakan selama bertahun-tahun.
Awalnya hanya pinggul miring. Teman-teman yang melihatnya berkata begitu, tapi Bu Ayu sendiri tidak merasa ada yang aneh. Sampai suatu hari, tubuhnya benar-benar menyerah. Ia tak bisa bangun dari tidur. Sakit yang semula dianggap remeh itu ternyata adalah awal dari rangkaian panjang penderitaan: Skoliosis dan HNP Lumbal 3, 4, 5.
Berbagai terapi medis dijalani. Dari disetrum, akupunktur, terapi magnet yang per sesi mencapai ratusan ribu rupiah, sampai suntikan di titik syaraf. Tapi semua hanya efek sementara. Sakitnya balik lagi. Bahkan saat dokter bilang, “Lebih baik kamu jangan operasi dulu. Berdamailah dengan rasa sakit,” itu bukan kalimat penghiburan—itu penegasan bahwa penderitaan ini akan lama.
Tak lama setelah itu, dunia Bu Ayu benar-benar runtuh. Agustus 2008, ia didiagnosis TB Paru. Tapi TB ini bukan TB biasa. TB ini menyebar—hingga ke otak. Bu Ayu mengalami TB Millier yang menyebabkan pembengkakan dan gelembung di kepala bagian kanan bawah. Gejala seperti vertigo parah setiap kali berpikir. Kepala goyang sedikit saja, ia berkeringat dingin dan memegangi kepala karena nyeri yang luar biasa.
13 Oktober 2008, tubuhnya benar-benar kolaps. Kaki kebas dari paha hingga telapak kaki. Duduk pun tak bisa. Hampir 5 bulan lamanya ia dirawat intensif. Ia harus memakai brace tebal seperti rompi keras hanya agar bisa duduk tegak. Setiap hari seperti membawa ransel berat yang menyesakkan dada. Dan itu dipakai selama 10 tahun.
Pernah satu masa, saat ia ingin mandi sendiri, ia nekat naik bangku kecil. Tapi tiba-tiba, “bluk!”, tubuhnya jatuh dan tidak bisa bangkit. Lututnya membiru. Ia menangis. Tapi bukan karena sakit. Ia menangis karena takut tidak bisa bangkit lagi—secara harfiah dan secara batin.
Namun dalam masa gelap itu, Bu Ayu tidak kehilangan harapan. Ia bangkit perlahan. Mulai jualan kecil-kecilan, walau sempat tak bisa menghitung dengan benar di kalkulator karena otaknya butuh waktu untuk pulih. Semua ia hadapi sambil tetap memakai korset, menghadiri kegiatan, tetap aktif—meskipun rasa sakit selalu mengintai di tiap langkah.
Lalu datanglah satu titik balik dalam hidupnya: terapi PAZ Al Kasaw.
Awalnya, ia hanya mengikuti training PAZ karena diajak guru bisnisnya. Tapi siapa sangka, momen sederhana itu menjadi awal dari perubahan besar. Saat diminta rukuk, tiba-tiba para terapis menemukan bahwa punggung kanan Bu Ayu lebih tinggi dari kiri—tanda bahwa tubuhnya sudah mengalami kompensasi postur selama 10 tahun!
Lewat teknik PAZ seperti CU, Hulk, Gergaji, dan terapi HK, tubuh Bu Ayu mulai lurus kembali. Perlahan namun pasti, tanpa operasi, tanpa obat, tanpa alat berat, ia bisa merasakan sesuatu yang selama ini mustahil: mulet. Ia bisa menggeliat saat bangun tidur tanpa takut kram. Bisa tidur tengkurap dan bangun sendiri. Bahkan, bisa angkat koper naik tangga pesawat tanpa nyeri.
Kebas dari paha yang dulu seperti permanen, kini tinggal sedikit di mata kaki. Bahkan saat melalui X-ray bandara, tubuhnya sudah tak lagi memicu alarm. Karena korset itu sudah dilepas—dan tubuhnya sudah kembali dalam sistem yang benar.
Bu Ayu kini rutin melakukan “training mandiri” dengan gerakan rukuk. Kadang sambil loncat-loncat (jurus hentak kaki paz al kasaw) seperti menghindari genangan air yang tak ada. Ia tahu tubuhnya yang 10 tahun menyimpang, butuh waktu untuk stabil. Tapi ia yakin. Ia tekun. Dan ia tahu bahwa ilmu PAZ bukan cuma solusi, tapi jalan hidup.
“Medis menyelamatkanku dari serangan bakteri,” katanya, “tapi PAZ mengembalikan kualitas hidupku.” Ia menangis setiap rukuk dalam salat, merasakan betapa sempurnanya tubuh bekerja dalam harmoni saat tak lagi sakit. Dan kini, ia ingin terus belajar. Ingin menjaga keluarganya, mengajarkan ilmu ini ke lingkungan terdekat. Ia ingin membumikan PAZ dengan cinta dan kesadaran.
Di akhir ceritanya, Bu Ayu menulis dari Depok, 16 September 2019, “Semoga segala kebaikan untuk Ustadz Haris dan para paztrooper yang berjuang membantu banyak orang.”
Keunggulan Terapi PAZ Al Kasaw
- Pendekatan pengobatan yang komprehensif
- Minim efek samping dibanding terapi konvensional
- Dapat dikombinasikan dengan OAT standar
- Meningkatkan sistem imun secara alami
- Protokol terapi yang terstandarisasi
Alhamdulillah, Wasilah bertemu dengan paztrooper atau seperti bu Ayu J Cahyasari yang penasaran belajar sendiri ilmu PAZ kemudian diterapkan pada dirinya, kita jadi mendapatkan solusi baru untuk keluhan miliary tuberculosis.
Bahkan, solusi miliary tuberculosis ala paz al kasaw ini tanpa obat, tanpa herbal, tanpa pijat, tanpa alat alat, apalagi tanpa mantra serta azimat yang dekat dengan kesyirikan.
Penutup: Harapan Baru dalam Penanganan Miliary Tuberculosis
Hadirnya metode PAZ Al Kasaw memberikan angin segar dalam penanganan miliary tuberculosis TB milier di Indonesia.
Sebagai inovasi pengobatan yang dikembangkan oleh putra bangsa asli indonesia, metode ini telah membuktikan efektivitasnya melalui berbagai kisah kesembuhan yang menakjubkan di lapangan.
Beberapa keunggulan metode PAZ Al Kasaw dalam penanganan miliary tuberculosis :
- Pendekatan non-invasif yang aman
- Dapat dilakukan secara mandiri di rumah
- Biaya terjangkau
- Tanpa efek samping
- Dapat dikombinasikan dengan pengobatan konvensional
Bagi penderita tuberkulosis milier atau keluarga yang memiliki anggota dengan TB tulang dan TB milier, pelatihan basic PAZ Al Kasaw menjadi pilihan yang patut dipertimbangkan. Metode sederhana ini telah membantu banyak pasien menemukan jalan kesembuhan dengan cara yang lebih alami dan hemat.
Kesuksesan terapi PAZ Al Kasaw dalam menangani berbagai kasus TB milier menunjukkan bahwa solusi kesehatan tidak selalu harus rumit dan mahal. Melalui pemahaman mendalam tentang sistem rangka tubuh dan pendekatan yang tepat, kesembuhan dapat diraih dengan cara yang lebih sederhana namun efektif.
Mari bersama mendukung perkembangan metode pengobatan karya anak bangsa ini sebagai kontribusi nyata dalam mengatasi tantangan kesehatan penyakit miliary tuberculosis di Indonesia, khususnya dalam penanganan TB milier yang masih menjadi masalah kesehatan serius di negeri ini.
Lah yuk, belajar di pelatihan PAZ Al Kasaw Basic untuk pahami solusi penyakit miliary tuberculosis, daftar via chat whatsapp Klik Di Sini
Penyusun
Anjrah Ari Susanto, S.Psi,
Penggiat Metode PAZ Al Kasaw, Penulis Buku PAZ.
References
Saad, L. A., Hermiaty Nasaruddin, Sigit Dwi Pramono, Edward Pandu Wiryansyah, & Rahmawati. (2024). Evaluasi Kepatuhan Pasien Tuberkulosis Paru terhadap Penggunaan OAT. In Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran (Vol. 4, Issue 5, pp. 349–357). Universitas Muslim Indonesia. https://doi.org/10.33096/fmj.v4i5.457
Utami, D. A., Purniti, N. P. S., Subanada, I. B., & MM, A. S. (2021). Faktor Risiko Infeksi Tuberkulosis Milier dan Ekstraparu pada Anak Penderita Tuberkulosis. In Sari Pediatri (Vol. 22, Issue 5, p. 290). Paediatrica Indonesiana – Indonesian Pediatric Society. https://doi.org/10.14238/sp22.5.2021.290-6