Apa Itu Metode PAZ Al Kasaw? Tinjauan Aspek Ilmiah Postur Tubuh Ke Kesehatan

pazindonesia.com – Metode PAZ Al Kasaw berpendapat bahwa postur tubuh dan keseimbangan rangka bukan urusan estetika keindahan dunia semata, dia sebagai prediktor permasalahan kesehatan yang terjadi pada manusia.

Perspektif ini menggeser cara pandang umum dari sekadar memperbaiki penampilan fisik menjadi upaya strategis menjaga kesehatan organ dan sistem tubuh.

Posisi tulang belakang, panggul, bahu, dan kaki memengaruhi cara otot bekerja, bagaimana saraf memproses sinyal, sampai bagaimana jantung memompa dan otonomi tubuh mengatur ritme hidup.

Temuan secara ilmiah, gangguan postur dikaitkan dengan meningkatnya keluhan muskuloskeletal, perubahan kontrol sensorimotor, serta perubahan respons kardiovaskular.

Dalam kerangka PAZ Al Kasaw, istilah “spooring balancing rangka” mengacu pada upaya mengembalikan kerangka tubuh ke “titik nol koma nol” yaitu posisi anatomis normal yang diyakini paling optimal untuk menunjang proses self healing tubuh bekerja paling maksimal.

Dengan posisi itu, otot dan jaringan ikat bisa bekerja pada panjang optimalnya, saraf tidak tertekan, aliran darah lancar, dan beban gravitasi terdistribusi merata.

Analogi sederhananya seperti spooring-balancing roda mobil: jika sasis mobil tidak lurus, ban aus, bensin boros, dan komponen cepat rusak. Begitu pula tubuh manusia, bila rangka tidak lurus, kerja organ pun jadi kurang efisien.

Tulisan ini berupaya merangkum penjelasan ilmiah yang relevan untuk menegaskan bahwa terapi PAZ Al Kasaw, yang berikhtiar menjaga kesehatan melalui perbaikan rangka, bukanlah sekadar kepercayaan atau pengalaman anekdot.

Berbagai riset internasional memperlihatkan hubungan kuat antara postur tubuh, keseimbangan rangka, dan kesehatan menyeluruh. Meski rincian efek masing-masing jurus terapi PAZ masih memerlukan riset mendalam, pola besar yang terlihat jelas: rangka yang selaras memberi fondasi bagi kesehatan sistem muskuloskeletal, neurologi, dan kardiovaskular.

Kita Dekati Metode PAZ Al Kasaw dari Aspek Postur Tubuh

Gangguan postur ternyata fenomena massal yang sering luput diperhatikan. Studi pada mahasiswa menemukan 79 persen responden mengalami perubahan postur—angka ini bukan sekadar statistik, tetapi sinyal bahwa bahkan kelompok usia muda yang relatif sehat sudah membawa “peta masalah” tubuhnya sendiri [1].

Keluhan leher, bahu, pinggang, dan lutut yang muncul bersama gangguan postur menunjukkan bahwa keseimbangan rangka bukan urusan lansia semata. Ini relevan dengan misi PAZ Al Kasaw: kalau sejak muda struktur tubuh tidak dijaga, beban yang bertumpuk akan menjadi keluhan kronis di masa depan.

lokasi pelatihan paz al kasaw ayub camp paz basic

Fenomena serupa terlihat pada kelompok pekerja. Operator mesin jahit, misalnya, 70 persen mengalami gangguan muskuloskeletal terkait kerja, dengan lebih dari separuh berisiko tinggi menurut penilaian REBA [2]. Artinya, pola duduk dan gerak yang berulang tanpa koreksi mengikis kesehatan rangka pelan-pelan. Inilah kenapa PAZ menekankan spooring balancing sebagai “servis berkala” tubuh: tubuh yang terus dipaksa dalam postur tak ideal butuh reset untuk menjaga fungsi jangka panjang.

Bahkan profesi yang paham anatomi seperti dokter gigi tak luput dari dampak postur. Rendahnya kesadaran dan praktik postur kerja di kalangan dokter gigi berhubungan dengan tingginya keluhan muskuloskeletal [3]. Ini pesan penting bagi masyarakat luas: bila tenaga kesehatan saja bisa bermasalah karena postur, apalagi profesi lain yang tidak pernah mendapatkan pelatihan ergonomi.

Dampak gangguan postur makin nyata pada lansia. Nyeri sedang hingga berat menggandakan risiko gangguan keseimbangan postural [4]. Ini bukan hanya tentang rasa sakit, tetapi menurunnya kemampuan mengatur stabilitas tubuh. Begitu kestabilan hilang, risiko jatuh meningkat, kemandirian berkurang, dan kualitas hidup merosot.

PAZ memandang ini sebagai alasan mendasar mengapa rangka harus diatur kembali: stabilitas tubuh adalah fondasi vitalitas.

Bahkan postur kaki—bagian paling bawah sistem penopang tubuh—memegang peran. Indeks postur kaki yang cenderung pronasi atau supinasi berkorelasi dengan penurunan keseimbangan dan mobilitas fungsional [5]. Dengan kata lain, jika fondasi tubuh tidak seimbang, seluruh “bangunan” ikut miring. Pandangan ini memperkuat pendekatan PAZ yang melihat rangka secara menyeluruh, bukan hanya tulang belakang atau sendi besar, melainkan satu sistem keselarasan yang utuh dari ujung kaki hingga kepala.

Ringkasnya, ketika rangka keluar dari lintasan optimal, risiko nyeri meningkat dan fungsi harian turun. Ini inti dari pesan PAZ Al Kasaw: kesehatan bukan hanya soal mengobati gejala, tetapi mengembalikan struktur tubuh ke posisi paling alami agar organ, saraf, dan otot bisa bekerja sesuai rancangan penciptaannya.

Postur Badan Juga Terkait Sistem Neurologi

Postur bukan hanya soal tulang dan otot; ia juga mengatur “bahasa” yang dipakai tubuh untuk berkomunikasi dengan otak. Kualitas postur memodulasi sistem sensorimotor—yaitu jaringan saraf yang menerima rangsangan (sensorik) dan mengirim perintah gerak (motorik). Jika sistem ini terganggu, keseimbangan tubuh, koordinasi, dan ketahanan terhadap nyeri ikut terdampak.

Perbedaan antara dewasa muda dan lansia memberi gambaran jelas. Penelitian menunjukkan bahwa orang lanjut usia mengalami penurunan ketajaman visual (kemampuan melihat detail), sensitivitas taktil (kepekaan kulit terhadap sentuhan), dan torsi sendi (kemampuan sendi menghasilkan gaya puntir). Mereka juga memiliki amplitudo sway tubuh yang lebih besar—istilah ini merujuk pada “gojangan” kecil tubuh saat berdiri, tanda keseimbangan tidak sebaik orang muda [7].

Bahkan, persepsi gerak pasif (kemampuan merasakan pergerakan sendi saat digerakkan orang lain) bisa memprediksi kestabilan. Semakin buruk persepsinya, semakin besar risiko oleng dan jatuh. Fakta ini mendukung pandangan PAZ bahwa gangguan postur bukan sekadar masalah otot, melainkan penurunan kemampuan sensorik yang memperlemah sistem saraf.

terapi paz al kasaw titik sentuh paz al kasaw kendor pantel melintir

Fenomena serupa terlihat pada pasien nyeri punggung bawah kronis. Mereka mengalami perubahan “pembobotan proprioseptif”—yaitu cara otak memberi bobot pada sinyal posisi tubuh—dan penurunan kontrol postural dinamis, terutama di lingkungan yang menantang keseimbangan [6]. Dengan kata lain, otak mereka “bingung” membaca peta tubuh sendiri karena sinyal postur kacau, sehingga lebih mudah oleng atau kehilangan koordinasi. Koreksi rangka berpotensi mengembalikan peta ini menjadi lebih akurat.

Bukti fisiologis klasik juga memperlihatkan betapa postur bisa mengubah eksitabilitas refleks H pada otot soleus [8]. Refleks H adalah jalur refleks pada saraf tulang belakang yang mirip uji “ketok lutut” di dokter—salah satu cara sistem saraf menguji koneksi. Saat posisi tubuh berubah, sensitivitas refleks ini ikut berubah. Artinya, jalur refleks spinal ikut termodulasi oleh posisi tubuh, bukan sekadar on-off seperti saklar lampu.

Selaras dengan hipotesis PAZ, mengembalikan rangka ke posisi optimal logisnya membantu memulihkan integrasi sensorimotor. Sensorimotor yang sehat berarti otak menerima sinyal posisi tubuh yang jelas, saraf tidak terjepit, nyeri berkurang, dan kendali gerak meningkat. Inilah mengapa dalam praktik PAZ, spooring-balancing rangka tidak hanya mengejar estetika, tetapi juga membangunkan “radar” sensorimotor tubuh agar sistem saraf kembali bekerja sebagaimana mestinya.

Postur dan Sistem Kardiovaskular

Tidak banyak orang menyadari bahwa cara kita berdiri, duduk, atau membungkuk bisa memengaruhi kerja jantung dan pembuluh darah. Ilmu menyebutnya hemodinamika—artinya aliran darah dan tekanan di dalam tubuh—dan sistem otonom jantung, yaitu sistem saraf otomatis yang mengatur detak jantung tanpa kita sadari. Postur batang tubuh ternyata memegang kendali pada keduanya.

Penelitian menunjukkan bahwa peralihan dari posisi netral ke fleksi depan (membungkuk) atau rotasi batang tubuh (memutar ke kiri/kanan) menurunkan cardiac index, cardiac output, dan stroke volume [9]. Cardiac index adalah ukuran efisiensi pemompaan darah oleh jantung relatif terhadap ukuran tubuh; cardiac output adalah volume darah yang dipompa jantung per menit; stroke volume adalah jumlah darah yang dipompa tiap detak.

Penurunan ketiga indikator ini berarti jantung bekerja kurang optimal saat postur tubuh “terjepit” atau tidak selaras. Sebaliknya, ekstensi posterior (melengkungkan punggung ke belakang) meningkatkan denyut jantung dan rasio LF/HF pada variabilitas denyut jantung.

Rasio LF/HF adalah parameter sistem saraf otonom; peningkatannya menandakan aktivasi simpatis—respon “fight or flight” tubuh. Dengan kata lain, postur bisa menggeser tubuh kita dari mode santai ke mode “siaga” hanya lewat perubahan mekanis pada batang tubuh.

japaz jalan sehat ala paz paztrooper jakarta

Fenomena ini selaras dengan fakta bahwa perilaku sedentari—yang secara praktis berarti postur duduk berkepanjangan—adalah faktor risiko independen penyakit kardiovaskular, hipertensi, dan diabetes tipe 2 [10]. Saat tubuh lama dalam posisi duduk, aliran darah melambat, otot kaki kurang berkontraksi memompa balik darah ke jantung, dan metabolisme melambat.

Inilah mengapa pakar kesehatan menyarankan berdiri, berjalan, atau peregangan berkala, bukan hanya untuk punggung, tetapi juga untuk jantung dan pembuluh darah.

Bagi PAZ Al Kasaw, temuan ini penting. Koreksi postur bukan sekadar mengurangi nyeri otot atau meluruskan tulang belakang, tetapi juga menyetel ulang parameter fisiologis yang memengaruhi jantung dan metabolisme.

Spooring-balancing rangka ala PAZ mengembalikan distribusi beban gravitasi dan membuka ruang gerak bagi diafragma dan dada sehingga pernapasan serta sirkulasi darah lebih optimal.

Bersama pengurangan kebiasaan duduk lama, pendekatan ini berpotensi menjadi salah satu strategi pencegahan gangguan kardiometabolik di masyarakat modern yang serba sedentari.

Efektivitas Intervensi Koreksi Postur

Ketika kita bicara koreksi postur, banyak orang membayangkan cuma latihan ringan atau perbaikan duduk berdiri. Padahal, riset menunjukkan efeknya jauh lebih besar—mulai dari nyeri berkurang sampai kualitas hidup meningkat. Ini yang menjadi dasar logika PAZ: spooring-balancing rangka bukan sekadar “meluruskan tulang”, tetapi mengaktifkan mekanisme tubuh yang selama ini tertekan.

Misalnya, program ergonomi dan koreksi postur berbasis fisioterapi pada dokter gigi. Profesi ini terkenal dengan risiko nyeri leher dan bahu akibat posisi kerja yang statis. Setelah mengikuti program koreksi postur, disabilitas leher mereka turun signifikan, fungsi ekstremitas atas membaik, dan hasilnya jauh lebih baik daripada kelompok kontrol [11]. Artinya, intervensi sederhana pada cara duduk, berdiri, dan menggerakkan tubuh bisa berdampak klinis nyata.

Kasus lain pada pasien nyeri leher kronis. Kombinasi latihan stabilisasi postural (menguatkan otot inti dan punggung) dan stabilisasi servikal (menjaga posisi kepala dan leher) terbukti menurunkan nyeri, mengurangi disabilitas, memperbaiki sudut craniovertebral (CVA, yaitu sudut antara kepala dan leher yang jadi indikator “text neck”), serta meningkatkan kualitas hidup [12]. Ini bukti ilmiah bahwa “menyetel” rangka bukan hanya kosmetik, tetapi benar-benar memperbaiki kerja saraf dan otot.

Pendekatan Global Postural Re-education (GPR)—metode latihan yang mengintegrasikan seluruh tubuh—menunjukkan efek sedang hingga kuat dalam menurunkan nyeri punggung dan meningkatkan fungsi gerak [13][14]. Dengan kata lain, semakin menyeluruh koreksinya, semakin besar efeknya. Prinsip ini mirip PAZ yang melihat tubuh secara utuh, bukan sepotong-sepotong.

pelatihan paz al kasaw malaysia metode paz johor kualalumpur

Latihan fisik jangka panjang juga membawa perubahan. Penelitian menunjukkan satu tahun latihan fisik terstruktur memperbaiki parameter postur dan kebugaran [15]. Ini seperti perawatan jangka panjang: tubuh dilatih ulang supaya selaras dengan gaya hidup sehat.

Latihan keseimbangan terbukti meningkatkan fungsi pada instabilitas pergelangan kaki kronis [16], sedangkan teknik Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF) pada lansia berisiko jatuh memperbaiki keseimbangan dan indikator kesehatan otot [17]. Bagi orang awam, ini berarti latihan yang melatih indera posisi tubuh (propriosepsi) membuat saraf dan otot lebih responsif—fondasi penting bagi pencegahan cedera.

Pada rehabilitasi pasca operasi lutut, Pilates berbasis rehabilitasi mengungguli latihan standar dalam meningkatkan keseimbangan dan kualitas hidup [18]. Bahkan intervensi di “hulu bawah” seperti koreksi pronasi kaki pada pasien low back pain berkorelasi dengan penurunan nyeri dan disabilitas bermakna [19]. Ini memperkuat pandangan PAZ bahwa fondasi tubuh (mulai dari kaki) ikut menentukan kesehatan bagian atas.

Polanya konsisten: ketika postur dan stabilitas dikoreksi, nyeri turun, dan fungsi naik. Semua ini memberi alasan biologis mengapa pendekatan metode PAZ Al Kasaw relevan: jika struktur tubuh kembali ke posisi optimal, sistem saraf, otot, dan organ bekerja lebih efisien.

Spooring-balancing rangka sesuai metode paz al kasaw bukan sekadar teori lokal, tetapi bagian dari tren global intervensi berbasis bukti yang menghubungkan postur dengan kesehatan menyeluruh.

Implikasi untuk Metode PAZ Al Kasaw

Apa Itu Metode PAZ Al Kasaw Apa Itu PAZ Al Kasaw

Sejak 2018, praktik lapangan PAZ Al Kasaw telah menghadirkan ratusan hingga ribuan kasus membaiknya keluhan mulai dari saraf terjepit, pemulihan pasca stroke, aritmia dan penyakit jantung, nyeri haid dan miom, hingga dukungan pada kondisi perkembangan anak seperti autisme dan down syndrome.

Bagi orang awam, ini mungkin tampak seperti daftar keluhan yang “tidak ada hubungannya” satu sama lain. Namun jika ditarik benang merahnya, semuanya berkaitan dengan sistem saraf, sirkulasi, dan struktur penyangga tubuh. Ketika rangka dikoreksi ke posisi optimal—atau istilah PAZ “titik nol koma nol”—maka beban saraf berkurang, aliran darah membaik, dan otot bekerja lebih efisien. Dampaknya pun terasa pada berbagai organ dan fungsi tubuh.

Koridor bukti yang telah kita bahas—mulai dari penelitian muskuloskeletal, neurologi, kardiovaskular, hingga intervensi koreksi postur—menunjukkan bahwa gagasan inti Metode PAZ Al Kasaw, yaitu mengembalikan rangka dan postur ke posisi optimal untuk menopang kesehatan holistik, memiliki landasan biologis dan empiris yang masuk akal.

Dengan kata lain, bukan hanya “kebetulan” orang merasa lebih baik setelah terapi gerak; ada mekanisme fisiologis yang menjelaskan mengapa tubuh merespons positif.

Proses Terapi Dirumah Untuk Penderita Stroke

Namun, kita juga harus realistis: detail efek tiap jurus atau teknik terapi metode PAZ al kasaw masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Ini berarti bila kelak segala sesuatunya memungkinkan bolehlah setiap gerakan terapi PAZ perlu diuji secara prospektif (mengikuti pasien ke depan), dengan desain uji klinis atau kohort yang jelas, ukuran sampel memadai, serta luaran klinis terstandar (misalnya sudut postural, HRV jantung, skor disabilitas, parameter laboratorium). Dengan cara ini, hasil empiris bisa berubah menjadi bukti ilmiah sebagaimana yang kita harapkan bersama.

Proses ini tentu tidak bisa hanya dilakukan oleh praktisi PAZ semata. Perlu dukungan ekosistem: para praktisi terapi PAZ Al Kasaw yang menyediakan data dan pengalaman lapangan; akademisi dan peneliti yang menyusun desain studi; pemerintah yang memfasilitasi regulasi, etik, dan pembiayaan riset.

Kolaborasi lintas pihak ini penting agar PAZ tidak hanya dikenal sebagai metode terapi tradisional berbasis gerak, tetapi juga sebagai model kesehatan preventif dan rehabilitatif berbasis bukti.

Dengan pendekatan ini, PAZ Al Kasaw dapat menjadi contoh bagaimana praktik tradisional yang telah lama berjalan bisa naik kelas menjadi paradigma kesehatan integratif modern: menggabungkan kebijaksanaan empiris lapangan dengan validasi ilmiah.

Metode PAZ Al Kasaw Pada Dasarnya Sudah Memiliki Logika Ilmiah

Literatur mutakhir dari berbagai belahan dunia menunjukkan arah yang konsisten. Postur dan keseimbangan rangka terbukti berkaitan erat dengan nyeri, fungsi gerak, kendali sensorimotor, dan respons kardiovaskular.

Sensorimotor adalah sistem saraf yang memproses sinyal posisi tubuh dan mengirimkan perintah gerak; kardiovaskular mencakup jantung dan pembuluh darah. Saat rangka tidak selaras, saraf lebih mudah terjepit, aliran darah terhambat, dan tubuh kehilangan keseimbangan.

Intervensi koreksi postur terbukti efektif sebagai strategi pencegahan dan rehabilitasi lintas populasi: dari mahasiswa, pekerja pabrik, lansia, sampai pasien pasca operasi. Hasilnya nyata—nyeri berkurang, fungsi meningkat, kualitas hidup naik.

Dengan demikian, spooring balancing postur tubuh atau rangka secara lebih luas ala PAZ berangkat dari logika biologis yang kuat dan ditopang bukti intervensi postur tubuh yang relevan, meskipun detail efek tiap gerakan PAZ masih memerlukan penelitian klinis yang ketat dan terstandar.

Alergi Debu Dan Dingin, Gimana Kiat Mengatasi Alergi Debu

Kesimpulannya sederhana namun kuat yakni perbaikan postur sesederhana apa pun terbukti mampu menurunkan nyeri, meningkatkan keseimbangan, dan mendukung fungsi organ vital. Apalagi bila koreksi dilakukan lebih mendalam dengan kaidah PAZ Al Kasaw, di mana rangka diposisikan presisi di tempatnya. Hasilnya bukan hanya tubuh terasa lega, tetapi kesehatan menyeluruh ikut terangkat.

Dengan pendekatan dasar ilmiah ini, metode PAZ Al Kasaw memiliki bekal untuk kemudian dipahami secara lebih ilmiah. Langkah berikutnya adalah penelitian bersama praktisi, akademisi, dan regulator agar metode ini makin luas manfaatnya ketengah masyarakat serta dapat dijelaskan lebih spesifik serta ilmiah.

Anda ingin belajar terapi metode PAZ Al Kasaw?

Cek Jadwal Pelatihan PAZ Terbaru.

Link jadwal: https://pazofficial.com/pelatihan

Mau langsung coba terapi saja?
Chat WhatsApp Reservasi Terapi

Penyusun,

Anjrah Ari Susanto, S.Psi.,
Paztrooper, Author Haris Moedjahid Sang Medical Hacker (Modul Pegangan Kelas Basic PAZ Al Kasaw) & Co-Author Memoar Sang Moedjahid (Buku Biografi Ustadz Haris Moedjahid Rahimahullah)

TiktokFacebookInstagramYoutube


Catatan Kaki

[1] Pacheco MP et al. 2023. Prevalence of Postural Changes and Musculoskeletal Disorders in Young Adults.
[2] Kiritkumar BK, Pothiraj P. 2023. Prevalence of WMSDs dan analisis postur kerja pada operator jahit.
[3] Kanteshwari K et al. 2011. Korelasi kesadaran dan praktik postur kerja dengan WMSDs pada dokter gigi.
[4] Lihavainen K et al. 2010. Kontribusi nyeri muskuloskeletal terhadap keseimbangan postural pada lansia.
[5] Alahmari KA et al. 2021. Foot Posture Index dan hubungannya dengan keseimbangan serta mobilitas.
[6] Cheng X et al. 2023. Perubahan pembobotan proprioseptif pada pasien low back pain kronis.
[7] Toledo D, Barela J. 2010. Perbedaan sensorimotor dewasa muda vs lansia terkait kontrol postural.
[8] Goulart F et al. 2000. Perubahan eksitabilitas refleks H otot soleus terkait postur.
[9] Wang H et al. 2022. Efek postur batang tubuh terhadap sistem kardiovaskular dan otonom.
[10] Henschel B et al. 2017. Waktu duduk sebagai faktor risiko independen penyakit kardiovaskular.
[11] Ndahiriwe CC et al. 2025. RCT ergonomi dan koreksi postur pada dokter gigi.
[12] Mehmetoğlu G, Yüksel İ. 2025. RCT stabilisasi postural dan servikal pada nyeri leher kronis.
[13] Lomas-Vega R et al. 2017. Meta-analisis GPR untuk gangguan tulang belakang.
[14] Gonzalez-Medina G et al. 2021. Meta-analisis GPR pada low back pain nonspesifik kronis.
[15] Vitalii et al. 2019. Latihan fisik 1 tahun memperbaiki parameter postur.
[16] Kosik KB et al. 2016. Latihan keseimbangan pada instabilitas pergelangan kaki.
[17] Xiong X et al. 2024. PNF meningkatkan fungsi keseimbangan lansia berisiko jatuh.
[18] Karaman A et al. 2017. Pilates pasca TKA meningkatkan kualitas hidup.
[19] Alam MF et al. 2024. Intervensi fisik pada low back pain dengan pronasi kaki.

 

Daftar Pustaka

Alahmari KA, et al. 2021. Foot Posture Index Reference Values among Young Adults in Saudi Arabia and Their Association with Anthropometric Determinants, Balance, Functional Mobility, and Hypermobility. BioMed Research International. DOI: https://doi.org/10.1155/2021/8844356

Alam MF, et al. 2024. Effects of Physical Interventions on Pain and Disability in Chronic Low Back Pain with Pronated Feet: A Systematic Review and Meta-analysis. Physiotherapy Theory and Practice. DOI: https://doi.org/10.1080/09593985.2024.2325581

Cheng X, et al. 2023. The Effects of Proprioceptive Weighting Changes on Posture Control in Patients with Chronic Low Back Pain: A Cross-sectional Study. Frontiers in Neurology. DOI: https://doi.org/10.3389/fneur.2023.1144900

Gonzalez-Medina G, et al. 2021. Effectiveness of Global Postural Re-Education in Chronic Non-Specific Low Back Pain: Systematic Review and Meta-Analysis. Journal of Clinical Medicine. DOI: https://doi.org/10.3390/jcm10225327

Goulart F, Valls-Solé J, Alvarez R. 2000. Posture-related Changes of Soleus H-reflex Excitability. Muscle & Nerve, 23.

Henschel B, Gorczyca AM, Chomistek AK. 2017. Time Spent Sitting as an Independent Risk Factor for Cardiovascular Disease. American Journal of Lifestyle Medicine. DOI: https://doi.org/10.1177/1559827617728482

Kanteshwari K, et al. 2011. Correlation of Awareness and Practice of Working Postures with Prevalence of Musculoskeletal Disorders among Dental Professionals. General Dentistry, 59(6):476–483.

Karaman A, et al. 2017. Do Pilates-based Exercises Following Total Knee Arthroplasty Improve Postural Control and Quality of Life? Physiotherapy Theory and Practice. DOI: https://doi.org/10.1080/09593985.2017.1289578

Kiritkumar BK, Pothiraj P. 2023. Prevalence of Work-related Musculoskeletal Disorders and Analysis of Working Posture Using Rapid Entire Body Assessment Tool amongst the Sewing Machine Operators in a Garment Industry: A Cross-sectional Study. International Journal Of Community Medicine And Public Health. DOI: https://doi.org/10.18203/2394-6040.ijcmph20233483

Kosik KB, et al. 2016. Therapeutic Interventions for Improving Self-reported Function in Patients with Chronic Ankle Instability: A Systematic Review. British Journal of Sports Medicine. DOI: https://doi.org/10.1136/bjsports-2016-096534

Lihavainen K, et al. 2010. Contribution of Musculoskeletal Pain to Postural Balance in Community-Dwelling People Aged 75 Years and Older. The Journals of Gerontology Series A. DOI: https://doi.org/10.1093/gerona/glq052

Lomas-Vega R, et al. 2017. Effectiveness of Global Postural Re-Education for Treatment of Spinal Disorders. American Journal of Physical Medicine & Rehabilitation. DOI: https://doi.org/10.1097/PHM.0000000000000575

Mehmetoğlu G, Yüksel İ. 2025. Effect of Postural Stabilization Exercises in Combination with Cervical Stabilization Exercises on Craniovertebral Angle, Pain, Disability, and Quality of Life in Patients with Chronic Neck Pain: A Randomized Controlled Trial. Healthcare. DOI: https://doi.org/10.3390/healthcare13121388

Ndahiriwe CC, et al. 2025. Effectiveness of Physiotherapy-Based Ergonomics and Postural Correction on Management of Work-related Musculoskeletal Disorders among Dental Practitioners in Tamil Nadu, India: A Randomized Controlled Trial. Rwanda Journal of Medicine and Health Sciences. DOI: https://doi.org/10.4314/rjmhs.v8i1.7

Pacheco MP, et al. 2023. Prevalence of Postural Changes and Musculoskeletal Disorders in Young Adults. International Journal of Environmental Research and Public Health. DOI: https://doi.org/10.3390/ijerph20247191

Toledo D, Barela J. 2010. Sensory and Motor Differences between Young and Older Adults: Somatosensory Contribution to Postural Control. Brazilian Journal of Physical Therapy, 14(3):267–275.

Vitalii et al. 2019. Physical Activity for Prevention and Correction of Postural Abnormalities in Young Women.

Wang H, et al. 2022. Effects of Trunk Posture on Cardiovascular and Autonomic Nervous Systems: A Pilot Study. Frontiers in Physiology. DOI: https://doi.org/10.3389/fphys.2022.1009806

Xiong X, et al. 2024. Effects of Proprioceptive Neuromuscular Facilitation Technique on Balance Function and Muscle Health in Older Adults With High Fall Risk. Journal of Gerontological Nursing. DOI: https://doi.org/10.3928/00989134-20240702-03

Tuliskan Komentar Atau Pertanyaanmu:

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© 2025 PazIndonesia.com | All Rights Reserved | Ayub Camp, Klaten, Jawa Tengah, Indonesia
Towards Healthier Lives, Rahmatan lil ‘Alamin